Minggu, 24 November 2013

Psikologi

MAKALAH
PENGANTAR PSIKOLOGI
INTELEGENSI
DOSEN PENGAMPU : NADHIFATUZ  ZULFA, M.Pd
   









Disusun oleh :
1. Syahrul Adul Ghani 2022112017
2. Elsa Mulyani 2022112018
3. Imroatun Khasanah 2022112019
4. Nur Afifah 2022112020

PENDIDIKAN BAHASA ARAB
KELAS A


STAIN PEKALONGAN TAHUN  2012 

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “ Pengantar Psikologi “Intelegensi”. Tak lupa penulis limpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti.
 Pada kesempatan kali ini,penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini :
1. Ibu Nadzifatuz Zulfa,M.Pd selaku dosen pengampu pengantar psikologi
2. Teman-teman semua atas bantuan dan motivasinya
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan makalah ini.
 Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,dari segi bahasa, sistematika apalagi isinya. Oleh karena itu penulis dengan hati yang lapang menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun.
 Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini akan memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

 Pekalongan, September 2012


 PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. PENGANTAR 5
B. DEFINISI INTELEGENSI 5
C. TEORI-TEORI INTELEGENSI 6
D. JENIS-JENIS KECERDASAN 9
BAB III PENUTUP 13
A. KESIMPULAN 13
B. SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGANTAR
 Faktor yang menentukan cepat atau lambat individu memecahkan masalah adalah faktor intelegensi dari individu yang bersangkutan. Intelegensi biasanya dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, kemampuan otak belajar, ataupun kemampuan untuk berpikir abstrak.
 Intelegensi berasal dari kata latin intelligere yang berarti mengorganisasikan, mmenghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind together). Menurut para ahli intelegensi mengandung bermacam-macam kemampuan bukan kemampuan tunggal.
B. DEFINISI INTELEGENSI
 Andrew Crider mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, gampang untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan.
 Alfred Binet bersama Theodore Simon mendefinisikan intelegensi terdiri atas 3 komponen, yaitu :
a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan
b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan.
c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri dan melakukan autiocriticism.
 V.A.C. Henmon mengatakan bahwa intelegensi terdiri dari dua macam faktor yaitu :
a. Kemampuan untuk memperoleh pengetahuan
b. Pengetahuan yang telah diperoleh
 Definisi ini bersesuaian maksudnya dengan definisi yang pernah diusulkan oleh Baldwin yang mengatakan intelegensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami. Edward Lee Thorndike mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
 George D. Stoddard menyebut intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami maslah-masalah yang bercirikan :
a. Mengandung kesukaran
b. Kompleks, mengandung bermacam jenis tugas yang harus dapat diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang intelegen mampu menyerap kemampuan baru yang memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah.
c. Abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan interpretasi.
d. Ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses yang efisien dari segi penggunaan waktu
e. Diarahkan pada suatu tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan mengikuti suatu arah atau target yang jelas
f. Mempunyai nilai sosial, yaitu cara dan hasil pemecahan masalah dapat diterima oleh nilai dan norma sosial
g. Berasal dari sumbernya, yaitu pola pikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain.
  David Wechsler mendefinisikan intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya secara efektif.
  Walters dan Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Flynn mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
C. TEORI-TEORI INTELEGENSI
 Menurut sudut pandang mengenai faktor-faktor yang menjadi elemen inteligensi, maka teori-teori inteligensi dapat digolongkan dalam tiga golongan. Penggolongan pertama adalah teori-teori yang berorientasi pada faktor tunggal, yang  kedua adalah teori-teori yang berorientasi pada dua faktor, dan yang ketiga adalah teori yang berorientasi pada faktor ganda. Walaupun demikian, uraian ringkas mengenai teori-teori inteligensi berikut tidak akan mengutamakan pengelompokkan tersebut. Mengenai faktor-faktor apa yang terdapat dalam intelegensi, diantara para ahli belum terdapat pendapat yang bulat.
 Seperti yang dikemukakan Thorndike dengan teori multi faktornya, yaitu bahwa intelegensi tersusun dari beberapa faktor, dan faktor-faktor itu terdiri dari elemen-elemen, dan tiap-tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap-tiap atom merupakan hubungan stimulus–respon. Jadi, suatu aktivitas yang menyangkut intelegensi adalah kumpulan dari atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan yang lainnya.
 Menurut Alfred Binet bahwa intelegensi besifat monogenetik ,yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum [g]
 Menurut Binet, intelegensi meupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Jadi, untuk melihat kemampuan intelegen seseorang dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan mengubah arah tindakannya itu apabila perlu.
 Menurut Edward Lee Thorndike, intelegensi terdiri dari berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam  wujud perilaku intelegen. Teorinya termasuk ke dalam teori intelegensi faktor ganda. Ia mengklasifikasikan intelegensi ke dalm tiga bentuk kemampuan, yaitu :
a. Kemampuan abstraksi yaitu suatu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol.
b. Kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan aktivitas indra-gerak (sensory-motor)
c. Kemampuan sosial yaitu suatu kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri sendiri dengan cara-cara yang efektif.
 Definisi Charles E. Spearman mengandung dua komponen kualitatif yang penting, yaitu :
a. Eduksi relasi – eduction of relation
Eduksi relasi adalah kemampuan untuk menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku di antara dua hal. Misalnya dalam menentukan hubungan yang terdapat diantara dua kata “panjang-pendek”.
b. Eduksi korelasi – eduction of collerates
Eduksi korelasi adalah kemampuan untuk menerapkan hubungan dasar yang telah ditemukan dalam proses eduksi relasi sebelumnya ke dalam situasi baru. Misalnya, bila telah diketahui bahwa hubungan antara “panjang” dan “pendek” merupakan hubungan lawan arti.
Menurut Spearman intelegensi mengandung dua macam faktor, yaitu :
1. General ability (general factor/faktor G) yang terdapat pada semua individu tetapi berbeda satu dengan yang lain dan selalu didapati dalam setiap performance
2. Special ability (special factor/faktor S) merupakan faktor yang bersifat khusus yaitu mengenai bidang-bidang tertentu.
 Karenanya teori ini dikenal sebagai dwi-faktor (two-factor teory). Dengan demikian maka jumlah faktor S banyak, jadi kalau pada seseorang faktor S dalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut. Menurut Spearman setiap performance selalu ada faktor G dan faktor S, dirumuskan: P = G + S
 Tetapi karena faktor S bersifat khusus, maka apabila individu mengalami pesoalan yang berbeda-beda, maka faktor S-nya pun juga akan berbeda-beda. Jadi misalnya orang menghadapi 3 macam persoalan yang berbeda-beda, maka secara skematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
P1 = G + S1
P1 = G + S1
P1 = G + S1
 Menurut Morgan,dkk teori Spearman disebut juga teori faktor g (G-factor theory).
 Burt mempunyai pandangan yang berbeda, namun dekat dengan pandangan Spearman. Menurut Burt disamping general ability dan special ability masih terdapat faktor yang lain, yaitu common ability atau common  factor atau  disebut juga group factor. Common factor merupakan faktor sesuatu kelompok  kemampuan tertentu, misalnya common factor dalam hal bahasa, common factor dalam hal matematika. Dengan demikian menurut pandanga Burt dalam intelegensi ada 3 macam faktor, yaitu faktor G, faktor S, dan faktor C, dan faktor ini akan tampak dalam performance individu. Jadi performance individu dapat digambarkan zsebagai berikut
P1 = G + S1 + Cx Cx = misalnya common factor berhitung
P2 = G + S2 + Cx
P3 = G + S4 +Cy Cy = misalnya common factor bahasa
P4 = G + S4 + Cy
 Dengan demikian maka akan didapati bermacam-macam special factor dan juga bermacam-macam common factor sesuai dengan kelompo-kelompok persoalan yang dihadapi, di samping faktor G.
 Thurstone mempunyai pandangan yang berbeda lagi dengan para ahli yang telah dikemukakan di atas. Kalau menurut Thorndike intelegensi merupakan jumlah dari elemen-elemen, yaitu hubungan stimulus-respons, dan menurut Spearman bahwa intelegensi terutama ditentukan oleh faktor G dan faktor S, maka menurut Thurstone dalam intelegensi adanya faktor-faktor primer yaitu sebagai berikut :
1. S (special relation),yaitu kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan dua atau tiga dimensi, menyangkut jarak (spatial).
2. P (perceptual speed), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kecepatam dan ketepatan dalam memberikan judging mengenai persamaan dan perbedaan atau dalam respon terhadap apa yang dilihatnya secara detail.
3. V (verbal comprehension), yaitu kemampuan yang menyangkut pemahaman kosakata (vocabulary), analogi secara verbal, dan sejenisnya.
4. W (word fluency), yaitu kemampuan yang menyangkut dengan kecepatan yang berkaitan dengan kata-kata, dengan anagram, dan sebagainya.
5. N (number facility), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kecapatan dan ketepatan dalam berhitung (komputasi)
6.  M (associative memory), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan ingatan, khususnya yang berpasangan
7. I (induction) yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh prinsip atau hukum.
 Di samping itu Thurstone mengemukakan lagi dua primary mental abilities,seperti yang dikemukakan oleh Harriman.
     Menurut thurstone faktor-faktor tersebut berkombinasi satu dengan yang lainnya hingga menghasilkan tindakan atau perbuatan yang inteligen. Teori Thurstone ini menurut Morgan, dkk. (1984) disebut sebagai teori kelompok faktor(group-factor  theory).
     Teori Guilford (morgan, dkk. 1984) mengenai inteligensi dikenal dengan teori tiga dimensi (thrhee dimensional theory). Teori Guilford digambarkan dengan sebuah kubus, yang menggambarkan adanya 120 faktor dalam inteligensi. Tiap faktor dinyatakan dalam tiap sel dalam kubus dari kombinasi tiga dimensi tersebut,yaitu:
1) Dimensi operasi (operations),yang mengandung 5 macam aspek yaitu kognisi, ingatan, berfikir divergen production, berfikir konvergen (convergen production), dan evaluasi.
2) Dimensi produk (product), yang mengandung 6 aspek, yaitu unit, kelas hubungan, system, transformasi, dan implikasi
3) Dimensi isi (contents), mengandung 4 aspek, yaitu figur, simbolik, semantic, dan behavior. Jadi semua ada 5 x 6 x 4 =120.
Konsep Guilford pada dimensi operasi di antaranya mengandung pengertian mengenai apa yang di sebut sebagai berpikir divergen (divergent thinking) dan berpikir konvergen (convergent thinking). Berpikir divergen erat kaitannya denga berpikir kreatif atau original problem solving, yaitu adanya beberapa macam alternative atau kemungkinan jawaban terhadap pemecahan masalah, sedangkan berpikir konvergen adalah berkaitan dengan pemecahan masalah atau problem solving dengan jawaban tunggal yang tepat (single correct answer ).
     Cattel (morgan, dkk. 1984) berpendapat bahwa ada dua komponen dalam aktivitas intelektual, yaitu:
           a .       Fluid intelligence
    Fluid intelligence adalah berkaitan dengan kemampuan yang mencerminkan potensi inteligensi yang berindependen dari sosialisasi dan pendidikan.
b. Crystallized intelligence
Crystallized intelligence lebih mencerminkan aspek budaya termasuk pendidikan formal, yang dipadu dengan pengetahuan dan ketrampilan(skill).
 Menurut Cryil Burt, kemampuan mental terbagi atas beberapa faktor yang berada pada tingkatan-tingkatan yang berbeda, yaitu satu faktor Umum (general), faktor-faktor Kelompok Besar (broad group), faktor-faktor Kelompok Kecil (narrow group) dan faktor-faktor Spesifik (specific). 
 Menurut Philip Ewart Vernon, dibawah faktor G terdapat dua jenis kelompok kemampuan mental yaitu kemampuan verbal-educational dan practical-mechanical yang termasuk dalam faktor intelegensi yang utama atau kelompok mayor.
 Menurut Joy Paul Guilford, dengan teorinya mengenai stucture of intelect menyertakan kategorisasi perbedaan individual di berbagai faktor kemampuan mental dalam usahanya memahami dan menggambarkan proses-proses mental yang mendasari perbedaan individual tersebut.
D. JENIS-JENIS KECERDASAN
1. Kecerdasan Linguistik
 Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair, pengacara). Ciri-cirinya :
• Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata
• Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas
2. Kecerdasan Logis-matematis
 Kecerdasan dalam hal angka dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer)
Ciri-ciri :
• Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi
• Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis
• Pandangan hidupnya bersifat rasional
3. Kecerdasan Visual-spasial
 Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur). Ciri-cirinya :
• Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang
• Mudah memperkirakan jarak dan ruang
• Membuat sketsa ide dengan jelas
4. Kecerdasan Kinestetik-jasmani
 Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit model)
Ciri-ciri :
• Menikmati kegiatan fisik (olahraga)
• Cekatan dan tidak bias tinggal diam
• Berminat dengan segala sesuatu
5. Kecerdasan Musikal
 Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb). Ciri-cirinya :
• Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat
• Dapat mengikuti irama
• Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih
6. Kecerdasan Interpersonal
 Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain (networker, negotiator, guru). Ciri-cirinya :
• Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka
• Menjalin kontak mata dengan baik
• Menunjukan empati pada orang lain
• Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya
7. Kecerdasan Intrapersonal
 Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri (konselor, teolog). Ciri-ciri :
• Membedakan berbagai macam emosi
• Mudah mengakses perasaan sendiri
• Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya
• Mawas diri dan suka meditasi
• Lebih suka kerja sendiri
8. Kecerdasan Naturalis
 Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan akan alam (petani, nelayan, pendaki, pemburu).
Ciri-ciri :
• Mencintai lingkungan
• Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang
• Senang kegiatan di luar (alam)
9. Kecerdasan Eksistensial
 Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf, teolog,). Ciri-ciri :
• Mempertanyakan hakekat segala sesuatu
• Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B.  Intelegensi biasanya dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, kemampuan otak belajar, ataupun kemampuan untuk berpikir abstrak. Beberapa ahli mempunyai pendapat masing-masing mengenai definisi inteligensi dan teori-teori inteligensi.
C.  Kecerdasan ada 9 macam yaitu :
a. Kecerdasan Linguistik
b. Kecerdasan Logis-matematis
c. Kecerdasan Visual-spasial
d. Kecerdasan Kinestetik-jasmani
e. Kecerdasan Musikal
f. Kecerdasan Interpersonal
g. Kecerdasan Intrapersonal
h. Kecerdasan Naturalis
i. Kecerdasan Eksistensial
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
http://daengmatterru.blogspot.com/2012/04/9-jenis-kecerdasan-manusia.html
http://www.smartnewz.info/2011/11/mengetahui-9-jenis-kecerdasan-yang-di.html
http://idiesta.blogspot.com/2012/07/jenis-jenis-kecerdasan.html
Azwar, Saifuddin.,Pengantar Psikologi Inteligensi,Pustaka Pelajar:Yogyakarta, 1996
Walgito, Bimo.,Pengantar Psikologi Umum,C.V Andi Offset:Yogyakarta, 1981





Tidak ada komentar:

Posting Komentar