Sabtu, 22 Maret 2014

PSIKOLOGI AGAMA




MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA
“ PANCA PUSAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ”

         





Disusun oleh :
Elsa Mulyani
2022112018



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
TAHUN 2013

DAFTAR ISI







PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu yang menjadi tujuan pendidikan Islam adalah untuk membimbing dan mengarahkan anak didik supaya menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan yang telah dibina oleh penanaman pengetahuan agama yang harus dicerminkan dengan akhlak yang mulia.
Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut, peran pendidik dan lembaga-lembaga pendidikan yang merupakan pusat pendidikan sangatlah diperlukan sehingga proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai Islam pada peserta didik dapat mencapai keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.
Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan dipaparkan lima pusat atau panca pusat pendidikan yang berlangsung dalam kehidupan kita.

B.    Rumusan Masalah


1.      Pengertian pendidikan agama Islam
2.      Lima pusat pendidikan agama Islam dan perannya


PEMBAHASAN


A.    Pengertian pendidikan Islam

1.      Pengertian etimologi
Menurut mu’jam (kamus) kebahasaan, kata al-tarbiyat memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu :
1.      تر بية – ير بو – ربّا : yang memiliki arti tambah (zad) dan berkembang (nama). Pengertian ini berdasarakan atas Q.S al-Rum ayat 39.
2.      ير بّي – تربية – ربّي : memiliki arti tumbuh (nasya’) dan menjadi besar (tara ra’a)
3.      تر بية – يربّي – ربّ : memiliki arti memperbaiki (ashalaha), menguasai  urusan, memelihara, merawat, menunaikan, memperindah, memberi makna, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian dan eksistensinya.[1]

2.      Pengertian terminologi
Mushtafa al-Maraghiy membagi kegiatan al-tarbiyat dengan dua macam. Pertama, tarbiyat khalqiyat, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan jiwanya. Kedua, tarbiyat diniyat tahzibiyat, yaitu pembinaan bagi jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu ilahi.
Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.
Marimba juga memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian.[2]

B.    Lima pusat pendidikan agama Islam

Tohari Musnamar mengemukakan lima pusat atau panca pusat pendidikan, yaitu :
1.      Keluarga Sebagai Pusat Pendidikan
Pentingnya pendidikan di dalam keluarga merupakan konsekuensi dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Keluarga merupakan pendidikan pertama bagi setiap individu, sifat kepribadian anak akan tumbuh dan terbentuk dalam keluarga. Anak akan menjadi warga masyarakat yang baik sangat tergantung pada sifat-sifat yang tumbuh dalam kehidupan keluarga. Anak akan menjadi baik dan benar berdasarkan pengaruh-pengaruhnya sehari-hari dengan orang tua dan saudara-saudaranya.
Dalam kaitannya dengan Islam, pada masa permulaan Islam, pelajaran agama diberikan di rumah-rumah. Rasulullah sendiri menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam sebagai tempat pertemuan dengan para sahabat dan kaum muslimin untuk mengajarkan kaidah-kaidah Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an serta mengadakan pertemuan di rumah belia, berkumpul bersama kaum muslimin untuk belajar dan membersihkan aqidah mereka.[3]
Didalam keluarga anak didik mulai mengenal hidupnya. Hal ini harus disadari dan diinsyafi oleh tiap-tiap keluarga, bahwa anak dilahirkan dalam lingkungan keluarga tumbuh dan berkembang sampai anak melepaskan diri dari ikatan keluarga. Berdasarkan kenyataan ini, tentu pengaruh keluarga besar sekali terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (Sutari Imam Barnadib, 1980 : 77).
Interaksi antara personal di dalam sebuah keluarga memang bersifat spesifik, emosional (dalam konotasi positif), akrab, tidak formal, tidak birokratis, namun penuh harapan. Situasi demikian telah memikat sekaligus mengikat sang anak untuk mengembangkan potensi dan kepribadiannya (Supriyoko, 1990).
Ada delapan variabel aspek sosio psikologis dalam keluarga :
1)      Aspirasi masa depan sang anak,
2)      Aspirasi orang tua,
3)      Perhatian akan kegunaan bahasa,
4)      Penguatan aspirasi sang anak,
5)      Kesadaran kemajuan sang anak
6)      Dorongan untuk kemajuan sang anak
7)      Kebebasan
8)      Orientasi nilai (Supriyanto, 1990)
Dalam hubungan ini, Tohari Musnamar menyatakan arti pentingnya keluarga sebagai pusat pendidikan yaitu :
1.      Keluarga merupakan wadah pertama dan utama anak di ukir kepribadiannya, menemukan jati dirinya, mengenal kata-kata, tata nilai dan norma kehidupan,  berkomunikasi dengan orang lain dan sebagainya. Semuanya di awali dalam keluarga.
2.      Dalam keluarga terdapat hubungan emosional yang kuat dan erat antara anggota keluarga, pendidikan berlangsung sepanjang waktu, dan merupakan peletak pondasi pertama dalam membentuk pribadi anak (Tohari Musnamar, 1990: 5)
Pendapat pakar tersebut diatas menggambarkan betapa besar harapan terhadap pengembangan potensi dan pribadi sang anak. Keharmonisan yang tercipta dalam keluarga meningkatkan intensitas pendidikan keluarga positif bagi banyak hal terhadap sang anak, pengembangan kepribadian, peningkatan prestasi belajar, peningkatan karir dan sebagainya.
2.      Perguruan Sebagai Pusat Pendidikan
Arti pentingnya perguruan sebagai pusat pendidikan secara garis besar, diantaranya :
a.       Perguruan merupakan wadah pertama anak melatih sosialisasi diri secara formal, diperkenalkan dengan peraturan-peraturan, tata pergaulan, tuntutan dan tantangan belajar yang harus dijawabnya.
b.       Pada perguruan terdapat guru yang telah memperoleh pendidikan dan latihan professional dalam bidangnya. Profesionalitas guru inilah yang menjadikan perguruan lebih bermakna (Tohari Musnamar, 1990: 6).
Oleh karena itu tidak semua tugas pendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga terutama menyangkut ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Orang tua mengirim anak ke perguruan. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di perguruan adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu kehidupan di sekolah merupakan jembatan bagi anak yang menghubungkan hubungan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat.
Peranan sekolah terhadap pendidikan menjadi sangat penting karena merupakan media pertengahan antara media keluarga yang relatif sempit dengan media masyarakat yang luas. Di sekolah terdapat individu-individu yang belum dikenal, sehingga dalam hal itu seorang individu harus menghadapi ikatan-ikatan baru atau sejumlah tanggung jawab yang belum dikenal sebelumnya.[4]
3.      Rumah Ibadah Sebagai Tempat Pendidikan
Berbeda dengan lembaga-lembaga lainnya yang merupakan lembaga pengganti dari orang tua. Adapun arti penting rumah ibadah sebagai salah satu pusat pendidikan adalah :
a.       Rumah ibadah merupakan wahana pendidikan bagi penyemaian keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b.      Rumah ibadah dengan pengajian, sekolah minggu, dan sebagainya memberikan pengalaman kongkrit dalam hal hidup keagamaan. Dengan demikian rumah ibadah berfungsi melengkapi dan menyempurnakan pendidikan agama yang ditentukan di perguruan.
c.       Kyai, ustadz, pendeta dan sebagainya pada umumnya merupakan pribadi yang dapat dijadikan contoh teladan bagi hidup yang shaleh dan berpribadi mulia (Thohari Musnamar, 1990: 7).
Peran rumah ibadah, diantaranya sebagai berikut :
1)      Memperkokoh keyakinan hidup agar anak memiliki iman yang kuat dan pegangan hidup yang mantap.
2)      Menanamkan akhlak/budi pekerti yang luhur sesuai dengan nilai-nilai ajaran agamanya.
3)      Mempertajam pandangan tentang tata nilai, sehingga anak dapat mengadakan seleksi dan evaluasi diri terhadap hal-hal yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang halal dan yang haram.
4)      Memberi pengalaman berorganisasi, bertindak sosial dan sebagainya.
5)      Menanamkan toleransi kerukunan hidup beragama (Tohari Musnamar, 1990:7).
Rumah-rumah ibadah sebagai pusat pendidikan Islam dalam hal ini contohnya yaitu masjid-masjid, musholla-musholla dan sebagainya, disini tidak hanya dilihat sebagai pusat ibadah tetapi dari segi fungsinya. Pendidikan dalam Islam erat hubungannya dengan masjid. Kaum muslimin telah memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan keagamaan yang mencakup qaidah-qaidah Islam dan hukum-hukum agama, atau dapat dikatakan bahwa masjid merupakan pusat kehidupan kerohanian, sosial dan politik atau sering disebut bahwa masjid sebagai “rumah Tuhan (Baitullah)”.[5]
Karena itu masjid dan musholla sebagai lembaga pendidikan Islam mengandung implikasi-implikasi. Pertama, mendidik anak untuk tetap istiqomah dalam beribadah kepada Allah. Kedua, menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan, menanamkan rasa solidaritas sosial serta menyadarkan terhadap hal-hal dan kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial, warga Negara dan beragama.
Ketiga, memberikan rasa ketentraman, kekuatan dan kemampuan potensi-potensi rohani melalui pendidikan kesabaran, keberanian, kesadaran, perenungan, optimisme dan mengadakan penelitian.
4.      Masyarakat Sebagai Pusat Pendidikan
Di luar keluarga anak memperoleh kesempatan berinteraksi sosial secara lebih luas dalam masyarakat. Bermacam-macam nilai dan perilaku masyarakat akan terserap baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut At-Taumy, masyarakat itu sendiri merupakan suatu faktor yang pokok mempengaruhi pendidikan, di samping ia merupakan arena tempat berkisarnya pendidikan (M. At-Taumy As-Syaibani, 1979: 164).
Mengenai arti penting masyarakat sebagai pusat pendidikan diantaranya sebagai berikut :
a.    Masyarakat memikul amanat yang sama pentingnya dengan unsur-unsur lain dalam hal mencerdaskan bangsa dan menyiapkan generasi yang lebih maju.
b.   Masyarakat merupakan ajang kehidupan kekal anak yang akan berkecimpung di dalamnya, berkarya, bergaul, bekerjasama, bersaing, berkreasi dan berproduksi.
c.    Kehidupan bermasyarakat memiliki pola nilai dan norma yang harus di pahami oleh anak, agar ia tidak canggung dan dapat sukses di dalamnya (Thohari Musnamar, 1990: 8).
Ada dua kebutuhan pokok yang sangat diharapkan oleh pendidikan dalam masyarakat. Pertama, situasi sosiokultural yang mendukung proses internalisasi nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat yang bersangkutan. Pendidikan dalam arti proses internalisasi nilai dalam masyarakat ini bersifat informal, tetapi cukup intens karena terjadi melalui interaksi sosial yang cukup panjang, terus menerus dan bersifat alami.
Kedua, wahana perluasan wawasan hidup, penguasaan berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai keterampilan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Wahana ini sangat di perlukan mengingat keterbatasan orang tua dalam tiga aspek tersebut, disamping terus meningkatnya tuntutan zaman akibat terjadinya perkembangan dan perubahan yang terus menerus. (Achmadi, 1992: 95).
Secara ringkas Tohari Musnamar memberi rincian tentang peran masyarakat sebagai pusat pendidikan :
a.    Memberikan fasilitas dan bekal yang cukup kepada anak agar mereka dapat belajar dengan baik, dapat mengembangkan bakat dan minatnya secara optimal.
b.   Memberikan perlindungan pada anak yang memerlukannya, seperti anak cacat, anak yatim piatu, anak korban bencana alam dan anak yang hidup dalam standar kemiskinan.
c.    Secara kongkrit masyarakat perlu menyelenggarakan wadah yang bermanfaat bagi perkembangan anak seperti gerakan pemuda, kursus-kursus, forum diskusi, perpustakaan rakyat, lembaga pengembangan bakat dan minat serta biro konsultasi.
“Masyarakat” yang sehat adalah masyarakat yang memperhatikan dan memperjuangkan generasi penerusnya (Tohari Musnamar, 1990: 8).
Dengan demikian, mereka mempunyai tugas untuk ikutserta membimbing perkumpulan dan perkembangan anak. Ini berarti pemimpin dari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung-jawab moral dari orang dewasa, baik secara individu maupun sebagai komunitas sosial.
Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implisit mengandung tanggung jawab pendidikan, yaitu warisan nilai-nilai luhur dari generasi ke generasi demi tegaknya syiar Islam di atas bumi.
5.      Media Masa Sebagai Pusat Pendidikan
Yang disebut komunikasi melalui media masa adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti yang dioperkan melalui saluran-saluran yang dikenal sebagai pres, television dan radio (Astrid, 1977: 3).
Saat ini pemanfaatan media massa dalam proses komunikasi dan penyimpanan pesan dipandang sangat efektif sehingga dapat dikatakan bahwa barang siapa mampu menguasai media massa, maka ia akan mudah menciptakan opini dalam masyarakat.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan anak dan pembentukan pribadinya, media massa mempunyai pengaruh.
Pengaruh-pengaruh media massa, disamping yang bersifat positif ada juga yang bersifat negatif. Sekarang hampir disetiap keluarga mempunyai radio, televisi, koran, buku dan sejak kecil anak-anak sudah akrab dengan media tersebut. Melalui media ini mereka menerima informasi yang tidak ada dalam diri mereka.
Dengan demikian, media massa bekerja sebagai pendidik, pembentuk pengembangan kemampuan dan keterampilan anak-anak memperluas lingkungan dan memberi bentuk-bentuk baru dari pengalaman.
Dalam hubungan ini, media massa memiliki peran antara lain :
a.    Mencanangkan/memuat hal-hal yang mengandung nilai-nilai edukatif serta dapat mengacu anak-anak meraih sukses dalam belajar.
b.   Menghindarkan diri dari tayangan/pemuatan hal-hal yang membawa dampak negatif bagi perkembangan jiwa anak seperti, gambar yang mengarah pornografis, motivasi tindak kriminal dan tindak kekerasan.
c.    Bersama-sama dengan pusat pendidikan yang lain menyelengarakan program edukatif seperti, penelitian, seminar, pameran dan wisata ilmiah (Thohari Musnamar, 1990: 9).
Peranan positif dari media massa sebagai media pendidikan tidak akan terealisir tanpa dukungan dari semua pihak, adanya good will dan commetment moral untuk saling mengingatkan demi kepentingan dan kebaikan bersama. Melihat betapa strategis dan efektifnya peran media massa, maka secara ideal edukatif ia harus mampu menyajikan informasi yang layak dan mendidik.

PENUTUP


A.    Kesimpulan

  1. Pengertian pendidikan Islam
Secara etimologi, menurut mu’jam (kamus) kebahasaan, kata al-tarbiyat memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu :
1.      تر بية – ير بو – ربّا : yang memiliki arti tambah (zad) dan berkembang (nama). Pengertian ini berdasarakan atas Q.S al-Rum ayat 39.
2.      ير بّي – تربية – ربّي : memiliki arti tumbuh (nasya’) dan menjadi besar (tara ra’a)
3.      تر بية – يربّي – ربّ : memiliki arti memperbaiki (ashalaha), menguasai  urusan, memelihara, merawat, menunaikan, memperindah, memberi makna, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian dan eksistensinya.
Sedangkan secara terminologi, pendidikan Islam adalah suatu proses educatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian.
  1. Lima pusat pendidikan Islam dan perannya.
A.    Keluarga Sebagai Pusat Pendidikan
Menurut Tohari Musnamar arti pentingnya keluarga sebagai pusat pendidikan yaitu :
a)   Keluarga merupakan wadah pertama dan utama anak di ukir kepribadiannya, menemukan jati dirinya, mengenal kata-kata, tata nilai dan norma kehidupan berkomunikasi dengan orang lain dan sebagainya. Semuanya di awali dalam keluarga.
b)   Dalam keluarga terdapat hubungan emosional yang kuat dan erat antara anggota keluarga, pendidikan berlangsung sepanjang waktu, dan merupakan peletak pondasi pertama dalam membentuk pribadi anak.
B.     Perguruan Sebagai Pusat Pendidikan
Arti pentingnya perguruan sebagai pusat pendidikan secara garis besar, diantaranya :
a. Perguruan merupakan wadah pertama anak melatih sosialisasi diri secara formal, diperkenalkan dengan peraturan-peraturan, tata pergaulan, tuntutan dan tantangan belajar yang harus dijawabnya.
b.Pada perguruan terdapat guru yang telah memperoleh pendidikan dan latihan professional dalam bidangnya. Profesionalitas guru inilah yang menjadikan perguruan lebih bermakna.

C.     Rumah Ibadah Sebagai Tempat Pendidikan
Peran rumah ibadah sebagai pusat pendidikan, diantaranya sebagai berikut :
1.   Memperkokoh keyakinan hidup agar anak memiliki iman yang kuat dan pegangan hidup yang mantap.
2.   Menanamkan akhlak/budi pekerti yang luhur sesuai dengan nilai-nilai ajaran agamanya.
3.   Mempertajam pandangan tentang tata nilai, sehingga anak dapat mengadakan seleksi dan evaluasi diri terhadap hal-hal yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang halal dan yang haram.
4.   Memberi pengalaman berorganisasi, bertindak sosial dan sebagainya.
5.   Menanamkan toleransi kerukunan hidup beragama.
D.    Masyarakat Sebagai Pusat Pendidikan
Mengenai arti penting masyarakat sebagai pusat pendidikan diantaranya sebagai berikut :
1)   Masyarakat memikul amanat yang sama pentingnya dengan unsur-unsur lain dalam hal mencerdaskan bangsa dan menyiapkan generasi yang lebih maju.
2)   Masyarakat merupakan ajang kehidupan kekal anak yang akan berkecimpung di dalamnya, berkarya, bergaul, bekerjasama, bersaing, berkreasi dan berproduksi.
3)   Kehidupan bermasyarakat memiliki pola nilai dan norma yang harus di pahami oleh anak, agar ia tidak canggung dan dapat sukses di dalamnya.
E.     Media Masa Sebagai Pusat Pendidikan
Media massa memiliki peran sebagai pusat pendidikan diantaranya :
a)      Mencanangkan/memuat hal-hal yang mengandung nilai-nilai edukatif serta dapat mengacu anak-anak meraih sukses dalam belajar.
b)      Menghindarkan diri dari tayangan/pemuatan hal-hal yang membawa dampak negatif bagi perkembangan jiwa anak seperti, gambar yang mengarah pornografis, motivasi tindak kriminal dan tindak kekerasan.
c)      Bersama-sama dengan pusat pendidikan yang lain menyelengarakan program edukatif seperti, penelitian, seminar, pameran dan wisata ilmiah.







DAFTAR PUSTAKA


Al-abrasyi, Athiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. 1993. PT. Bulan Bintang : Jakarta
Hayyan, Ahmad. 2010. “Kerangka Operasional dan Pola Aktualisasi Pendidikan Islam”. (http://hayyan-ahmad.blogspot.com/2010/11/kerangka-operasional-dan-pola.html, diakses pada tanggal 28 Agustus 2013)
Maarif, A. Syafii dkk. Pendidikan Islam di Indonesia. 1991. PT. Tiara Wacana Yogya : Yogyakarta
Mahfuzh, Jamaluddin Ali. 2001. Psikologi Anak dan Muslim. Diterjemahkan oleh Abdul Rosyad Shiddiq dan Ahmad Vathir Zaman. Pustaka Al-Kautsar : Jakarta
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. 2002. Kalam Mulia : Jakarta


[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kalam Mulia,2002), hlm.2
[2] Ibid, hlm.3
[3] Athiyah Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta : Bulan Bintang,1993), hlm.51
[4] Jamaluddin Ali Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, terjemahan Abdul Rosyad Shiddiq dan Ahmad Vathir Zaman (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm.
[5] Athiyah Abrasyi, op.cit, hlm.58