Kenapa Harus Ada Materi KeMahasiswaan di dalam MASTA?
Kenapa harus ada materi Kemahasiswaan di dalam MASTA?Sebuah Jawaban Dari Pertanyaan-Pertanyaan Yang sering Dilontarkan Pada Waktu Pelaksanaan Dan Bahkan Pra Pelaksanaan.
Sudah terlihat jelas sekali
perbedaan yang dapat dilihat dalam sebuah agenda besar tahunan yang dilakukan
dikampus kita yang tercinta ini.Materi Kemahasiswaanseolah-olah menjadi momok
yang menakutkan bagi sebagian orang.Bagi Mahasiswa Baru sudah jelas masih
menjadi bayang-bayang semu karena belum pernah mendapatkannya?Tapi bagi
jajaran2 birokrat musti was-was pula tentang materi ini.Makanya tema
kemahasiswaan pun yang diangkat hanya seputar masalah-masalah akademik saja.Nah
disinilah bedanya antara organisasi pergerakan dengan organisasi Mahasiswa
biasa.
Tema Kemahasiswaan yang diangkat
adalah tema-tema seputar masalah-masalah yang dihadapi bangsa ini agar para
Mahasiswa itu sadar akan tanggung jawab dan amanahnya sebagai mahasiswa.Dan
bukannya tema-tema akademik yang membuat mahasiswa nanti terjebak pada
pragmatisme dalam menempuh studi perkuliahannya.
Bangunlah kalian wahai Mahasiswa
sadarlah kalian wahai Mahasiswa…..
Kita punya tanggung jawab yang
besar untuk mendakwahkan kebenaran dan memperbaiki kondisi
bangsa,negara,dan masyarakat….
Karena itu mahasiswa harus sadar
akan perannya
1.Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron
Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang
memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan
generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan,
harapan bangsa untuk masa depan.
Sejarah telah membuktikan bahwa di
tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi,
kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah kondisi
bangsa.
Lantas sekarang apa yang kita bisa
lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut ? Jawabannya
tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan baik
itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari
berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya.
2.Mahasiswa Sebagai “Guardian of
Value”
Mahasiswa sebagai Guardian
of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di
masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus
dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa
sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran.
Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali
sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga
mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai
yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada
keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme,
nilai itu haruslah bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha
Mengetahui.
Selain nilai yang di atas, masih ada
satu nilai lagi yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang wajib dijaga oleh
mahasiswa, nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun
memang kebenaran ilmiah tersebut merupakan representasi dari kebesaran dan
keeksisan Allah, sebagai dzat yang Maha Mengetahui. Kita sebagai mahasiswa
harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak ilmiah yang bersumber
dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya harus kita terapkan dan jaga
di masyarakat.
Pemikiran Guardian of Value yang
berkembang selama ini hanyalah sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada
sebelumya, atau menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, kesigapan, dan
lain sebagainya. Hal itu tidaklah salah, namun apakah sesederhana itu nilai
yang harus mahasiswa jaga ? Lantas apa hubungannya nilai-nilai tersebut dengan
watak ilmu yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa ? Oleh karena itu saya
berpendapat bahwa Guardian of Value adalah penyampai, dan
penjaga nilai-nilai kebenaran mutlak dimana nilai-nilai tersebut diperoleh
berdasarkan watak ilmu yang dimiliki mahasiswa itu sendiri. Watak ilmu sendiri
adalah selalu mencari kebanaran ilmiah.
Penjelasan Guardian of Value hanya
sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan yaitu
bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah bergeser
tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah perimeter kebaikan di masyarakat, maka
kita akan kesulitan dalam memandang arti kebenaran nilai itu sendiri
3.Mahasiswa Sebagai “Agent of
Change”
Mahasiswa sebagai Agent of
Change,,, hmm.. Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari
suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan
???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita pandang kondisi bangsa saat ini.
Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana
banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini,
mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada
banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita melakukan terhadap hal ini. Lalu
alasan selanjutnya mengapa kita harus melakukan perubahan adalah karena
perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun
kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar kita telah
berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi
akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.
Perubahan merupakan sebuah perintah
yang diberikan oleh Allah swt. Berdasarkan Qur’an surat Ar-Ra’d : 11, dimana
dijelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu
keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa orang
yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung,
sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin adalah orang yang
merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah perubahan yang harus kita
lakukan.
Mahasiswa adalah golongan yang harus
menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa
merupakan kaum yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang
status mahasiswa, dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen
lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya
ini. Mahasiswa-mahasiswa yang telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak lepas
tangan begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan perubahan
ke arah yang salah. Merekalah yang seharusnya melakukan perubahan-perubahan
tersebut.
Perubahan itu sendiri sebenarnya
dapat dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan
kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik
seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal,
mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan
menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan selanjutnya
menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi
perubahan. Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua
pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena
kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
Sudah jelas kenapa perubahan itu
perlu dilakukan dan kenapa pula mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam
perubahan tersebut, lantas dalam melakukan perubahan tersebut haruslah dibuat
metode yang tidak tergesa-gesa, dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu diri
sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya sampai ke ruang lingkup yang kita
harapkan, yaitu bangsa ini.
Inti yang disampaikan pada materi
ini kemahasiswaan adalah seperti ini,walau sebenarnya banyak yang belum
mengerti tapi setidaknya mahasiswa paham akan kondisi yang
dihadapinya.Pemutaran film adalah sebuah visualisasi untuk mendukung materi
kemahasiswaan ini.
CR : From Blog IMM
AVERROES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar